Minggu, 07 April 2013

Pengertian Konservasi Arsitektur



Konservasi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk melestarikan atau melindungi alam. Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris, (Inggris)Conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan.1





Konservasi :2

  • Sebagai Konsep Proses Pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang terkandung terpelihara dengan baik.
  •  Meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai kondisi dan situasi lokal.
  • Konservasi Kawasan atau sub bagian kota, mencakup suatu upaya pencegahan perubahan sosial, dan bukan secara fisik saja.

Sasaran Konservasi :
  •  Mengembalikan wajah dari obyek pelestarian
  •  Memanfaatkan obyek pelestarian untuk menunjang kehidupan masa kini
  • Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu, tercermin dalam obyek pelestarian
  • Menampilkan sejarah pertumbuhan lingkungan kota, dalam wujud fisik tiga dimensi.

Ruang Lingkup Konservasi :
Kategori obyek konservasi :
  • Lingkungan Alami (Natural Area)
  • Kota dan Desa (Town and Village)
  • Garis Cakrawala dan Koridor pandang (Skylines and View Corridor)
  •  Kawasan (Districts)
  •  Wajah Jalan (Street-scapes)
  • Bangunan (Buildings)
  • Benda dan Penggalan (Object and Fragments)

Manfaat Konservasi :
  • Memperkaya pengalaman visual
  • Memberi suasana permanen yang menyegarkan
  • Memberi kemanan psikologis
  •  Mewariskan arsitektur
  • Asset komersial dalam kegiatan wisata internasional

Peran Arsitek Dalam Konservasi :

Internal :
  • Meningkatkan kesadaran di kalangan arsitek untuk mencintai dan mau memelihara warisan budaya berupa kawasan dan bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi.
  • Meningkatkan kemampuan serta penguasaan teknis terhadap jenis-jenis tindakan pemugaran kawasan atau bangunan, terutama teknik adaptive reuse
  • Melakukan penelitian serta dokumentasi atas kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan.

Eksternal :
  • Memberi masukan kepada Pemda mengenai kawasan-kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan dari segi arsitektur.
  • Membantu Pemda dalam menyusun Rencana Tata Ruang untuk keperluan pengembangan kawasan yang dilindungi (Urban Design Guidelines)
  • Membantu Pemda dalam menentukan fungsi atau penggunaan baru bangunan-bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi yang fungsinya sudah tidak sesuai lagi (misalnya bekas pabrik atau gudang) serta mengusulkan bentuk konservasi arsitekturalnya.
  • Memberikan contoh-contoh keberhasilan proyek pemugaran yang dapat menumbuhkan keyakinan pengembang bahwa dengan mempertahankan identitas kawasan/bangunan bersejarah, pengembangan akan lebih memberikan daya tarik yang pada gilirannya akan lebih mendatangkan keuntungan finansial.

Sumber :

Rabu, 13 Februari 2013

Kritik Arsitektur - Museum Olahraga TMII


Museum olahraga yang terletak di seberang Museum Keong Mas TMII, berdiri di atas lahan seluas 1,5 hektar dengan luas bangunan 3000 meter persegi. Bentuk bangunannya dibuat unik dan menarik menyerupai bola raksasa yang terdiri dari 3 lantai, mirip dengan museum Internastional Oliympic Comitee (IOC) di Lusanne, Swiss. Bangunan bola ini mengisyaratkan olahraga populer di Indonesia, yakni Sepak Bola. Bentuk segi lima dari bangunan yang menyatu dengan bola ini menginspirasikan falsafah Pancasila, sementara bangunan bertinggi 17 meter mengingatkan hari proklamasi kemerdekaan.
Bentuk Bangunan
Pembangunan museum olahraga mempunyai bentuk seperti bola dan dikelilingi taman yang indah, museum olahraga menampilkan sejarah-sejarah olahraga yang megharumkan nama Indonesia.
a.  Sebagai bahan pembuktian sejarah budaya dan lingkungannya dari 27 provinsi.
b.  Sebagai tempat rekreasi yang bersifat edukatif.
Museum olahraga berdiri diatas lahan dengan luas 1,5 hektar dengan luas bangunan ± 3000 m3, dari tinggi 17 meter. Bentuk bangunan museum olahraga bola, karena diambil dari salah satu cabang olahraga yang sangat di gemari oleh seluruh lapisan masyarakat yaitu sepak bola. Museum olahraga terdiri dari 3 (tiga) lantai:
1. Lantai I terdiri dari Ruang pamer
a.  Lobby
Menampilkan motto-motto olahraga yang mencerminkan nilai-nilai hakiki olahraga seperti sportivitas dan perjuangan.
b. Sejarah olahraga antar bangsa,
Menampilkan perjuanngan bangsa Indonesia dalam mengikuti kegiatan olahraga di dunia internasional seperti keikutsertaan Indonesia pertamakali dalam olimpiade di Helsinki dan Asia Games di India.
c. Tokoh-tokoh olahraga
menampilkan para pejuang olahraga yang telah mengharumkan Negara Bangsa Indonesia di bidang ke olahragaan dan para tokoh-tokoh olahraga yang juga turut membawa nama bangsa Indonesia dalam dunia olahraga internasional.
d. Sejarah olahraga National
menampilkan tentang sejarah berdirinya stadion yang pertama di miliki oleh bangsa Indonesia dan pelaksanaan PON 1 tahun 1948 disolo.
e. Keberhasilan timeferest
Menampilkan  perjuangan   tim   kopasus   dalam   menaklukan   gunung himalaya.
f. Timdewarucci
Menampilkan market dari dewa rucci.
2.   Lantai II terdiri dari Ruang pamer
a. Olahraga prestasi
Menampilkan alat-alat olahraga berprestasi dan penghargaan-penghargaan berupa mendali dan piala-piala milik atlet yang telah mengharumkan nama Negara Indonesia.
b. Permainan traditional
Menampilkan alat-alat olahraga dan penghargaan berupa mendali dan piala-piala milik atlet yang telah mengharumkan nama Negara Indonesia.
c. PON
Menampilkan PON I sampai dengan PON IX dan juga atlet perwasitan yang digunakan olehSoewan Dito.
3-  Lantai ke III terdiri dari ruang pamer
a. Diarama
Ruang pameran permainan tradisional dari beberapa propinsi dalam bentuk sebagai berikut:
Lukisan dan patung dengan ukuran sebenarnya seperti:
·         Loncat batu dari Pulau Nias.
·         Pasola dariNusaTenggaraTimur..
·         Karapan sapi dari Madura.
·         Dayung berdiri dari Irian Jaya.
Bentuk Ruangan Museum Olahraga
·         Ruangan depan bawah berbentuk persegi ruangan ini menampilkan sejarah-sejarah olahraga dan menampilkan perjuangan bangsa Indonesia dalam mengikuti kegiatan olahraga Internasional.
·     Ruangan atas menampilkan alat-alat olahraga dan berupa mendali dan piala atlet yang telah mengharumkan nama Indonesia.

Metode Kritik Normatif ( Tipikal dan Terukur ) dan Metode Kritik Deskriptif
K  R  I  T  I  K     T  I  P  I  K  A 

·         Studi tipe bangunan saat ini telah menjadi pusat perhatian para sejarawan arsitektur. Hal ini dapat dipahami karena desain akan menjadi lebih mudah dengan mendasarkannya pada type yang telah standard, bukan pada innovative originals (keaslian inovasi). 
·         Studi tipe bangunan lebih didasarkan pada kualitas, utilitas dan ekonomi dalam lingkungan yang telah terstandarisasi dan  kesemuanya dapat terangkum dalam satu typologi 
·         Metode Tipikal, yaitu suatu pendekatan yang mempunyai uraian urutan secara tersusun. Contoh. Bangunan sekolah, tipe yang ada ialah seperti ruang kelas, ruang guru,ruang kepala sekolah, ruang kesenian,  lab, perpustakaan, kantin, gudang, toilet. 
K  R  I  T  I  K     T  E  R  U  K  U  R

Hakikat Metode
Tujuan dari bangunan biasanya diuraikan dalam tiga ragam petunjuk sebagai beikut:
·         Tujuan Teknis ( Technical Goals)
·         Tujuan Fungsi ( Functional Goals)
·         Tujuan Perilaku ( Behavioural Goals)

Tujuan Fungsi
Berkait pada penampilan bangunan sebagai lingkungan aktifitas yang khusus maka ruang harus dipenuhi melalui penyediaan suatu area yang dapat digunakan untuk aktifitas
Pertimbangan yang diperlukan :
Keberlangsungan fungsi dengan baik
·         Aktifitas khusus yang perlu dipenuhi
·         Kondisi-kondisi khusus yang harus diciptakan
·         Kemudahan-kemudahan penggunaan,
·         Pencapaian dan sebagainya.

K  R  I  T  I  K     D  E  S  K  R  I  P  T  I  F

Hakikat Metode
·         Dibanding metode kritik lain descriptive criticism tampak lebih nyata (factual)
·         Deskriptif mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota
·         Lebih bertujuan pada kenyataan bahwa jika kita tahu apa yang sesungguhnya suatu kejadian dan proses kejadiannya maka kita dapat lebih memahami makna bangunan.
·         Lebih dipahami sebagai sebuah landasan untuk memahami bangunan melalui berbagai unsur bentuk yang ditampilkannya
·         Tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to interprete. Tetapi sekadar metode untuk melihat bangunan sebagaimana apa adanya dan apa yang terjadi di dalamnya.

Jenis Metode
·         Depictive Criticism (Gambaran bangunan) :
– Static (Secara Grafis)
– Dynamic (Secara Verbal)
– Process (Secara Prosedural)
·         Biographical Criticism (Riwayat Hidup)
·         Contextual Criticism ( Persitiwa)

  
     Sumber :  - Museum Olahraga TMII
                       - Dokumentasi Pribadi