Koentjoro16
アーキテクチャ
Rabu, 13 November 2013
Minggu, 20 Oktober 2013
Minggu, 07 April 2013
Pengertian Konservasi Arsitektur
Konservasi adalah upaya yang dilakukan
manusia untuk melestarikan atau melindungi alam. Konservasi adalah
pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa
Inggris, (Inggris)Conservation
yang artinya pelestarian atau perlindungan.1
Konservasi
:2
- Sebagai Konsep Proses Pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang terkandung terpelihara dengan baik.
- Meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai kondisi dan situasi lokal.
- Konservasi Kawasan atau sub bagian kota, mencakup suatu upaya pencegahan perubahan sosial, dan bukan secara fisik saja.
Sasaran
Konservasi :
- Mengembalikan wajah dari obyek pelestarian
- Memanfaatkan obyek pelestarian untuk menunjang kehidupan masa kini
- Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu, tercermin dalam obyek pelestarian
- Menampilkan sejarah pertumbuhan lingkungan kota, dalam wujud fisik tiga dimensi.
Ruang Lingkup Konservasi :
Kategori obyek konservasi :
- Lingkungan Alami (Natural Area)
- Kota dan Desa (Town and Village)
- Garis Cakrawala dan Koridor pandang (Skylines and View Corridor)
- Kawasan (Districts)
- Wajah Jalan (Street-scapes)
- Bangunan (Buildings)
- Benda dan Penggalan (Object and Fragments)
Manfaat Konservasi :
- Memperkaya pengalaman visual
- Memberi suasana permanen yang menyegarkan
- Memberi kemanan psikologis
- Mewariskan arsitektur
- Asset komersial dalam kegiatan wisata internasional
Peran Arsitek Dalam Konservasi :
Internal :
- Meningkatkan kesadaran di kalangan arsitek untuk mencintai dan mau memelihara warisan budaya berupa kawasan dan bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi.
- Meningkatkan kemampuan serta penguasaan teknis terhadap jenis-jenis tindakan pemugaran kawasan atau bangunan, terutama teknik adaptive reuse
- Melakukan penelitian serta dokumentasi atas kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan.
Eksternal :
- Memberi masukan kepada Pemda mengenai kawasan-kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan dari segi arsitektur.
- Membantu Pemda dalam menyusun Rencana Tata Ruang untuk keperluan pengembangan kawasan yang dilindungi (Urban Design Guidelines)
- Membantu Pemda dalam menentukan fungsi atau penggunaan baru bangunan-bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi yang fungsinya sudah tidak sesuai lagi (misalnya bekas pabrik atau gudang) serta mengusulkan bentuk konservasi arsitekturalnya.
- Memberikan contoh-contoh keberhasilan proyek pemugaran yang dapat menumbuhkan keyakinan pengembang bahwa dengan mempertahankan identitas kawasan/bangunan bersejarah, pengembangan akan lebih memberikan daya tarik yang pada gilirannya akan lebih mendatangkan keuntungan finansial.
Sumber :
Rabu, 13 Februari 2013
Kritik Arsitektur - Museum Olahraga TMII
Museum olahraga
yang terletak di seberang Museum Keong Mas TMII, berdiri di atas lahan seluas
1,5 hektar dengan luas bangunan 3000 meter persegi. Bentuk bangunannya dibuat
unik dan menarik menyerupai bola raksasa yang terdiri dari 3 lantai, mirip
dengan museum Internastional Oliympic Comitee (IOC) di Lusanne, Swiss. Bangunan
bola ini mengisyaratkan olahraga populer di Indonesia, yakni Sepak Bola. Bentuk
segi lima dari bangunan yang menyatu dengan bola ini menginspirasikan falsafah
Pancasila, sementara bangunan bertinggi 17 meter mengingatkan hari proklamasi
kemerdekaan.
Bentuk
Bangunan
Pembangunan
museum olahraga mempunyai bentuk seperti bola dan dikelilingi taman yang indah,
museum olahraga menampilkan sejarah-sejarah olahraga yang megharumkan nama
Indonesia.
a. Sebagai bahan pembuktian
sejarah budaya dan lingkungannya dari 27 provinsi.
b. Sebagai tempat rekreasi
yang bersifat edukatif.
Museum olahraga
berdiri diatas lahan dengan luas 1,5 hektar dengan luas bangunan ± 3000 m3,
dari tinggi 17 meter. Bentuk bangunan museum olahraga bola, karena diambil dari
salah satu cabang olahraga yang sangat di gemari oleh seluruh lapisan
masyarakat yaitu sepak bola. Museum olahraga terdiri dari 3 (tiga) lantai:
1. Lantai I terdiri dari Ruang pamer
a. Lobby
Menampilkan
motto-motto olahraga yang mencerminkan nilai-nilai hakiki olahraga seperti
sportivitas dan perjuangan.
b. Sejarah
olahraga antar bangsa,
Menampilkan
perjuanngan bangsa Indonesia dalam mengikuti kegiatan olahraga di dunia
internasional seperti keikutsertaan Indonesia pertamakali dalam olimpiade di
Helsinki dan Asia Games di India.
c. Tokoh-tokoh
olahraga
menampilkan
para pejuang olahraga yang telah mengharumkan Negara Bangsa Indonesia di bidang
ke olahragaan dan para tokoh-tokoh olahraga yang juga turut membawa nama bangsa
Indonesia dalam dunia olahraga internasional.
d. Sejarah
olahraga National
menampilkan
tentang sejarah berdirinya stadion yang pertama di miliki oleh bangsa Indonesia
dan pelaksanaan PON 1 tahun 1948 disolo.
e. Keberhasilan
timeferest
Menampilkan
perjuangan tim kopasus dalam
menaklukan gunung himalaya.
f. Timdewarucci
Menampilkan
market dari dewa rucci.
2. Lantai II terdiri
dari Ruang pamer
a. Olahraga
prestasi
Menampilkan
alat-alat olahraga berprestasi dan penghargaan-penghargaan berupa mendali dan
piala-piala milik atlet yang telah mengharumkan nama Negara Indonesia.
b. Permainan
traditional
Menampilkan
alat-alat olahraga dan penghargaan berupa mendali dan piala-piala milik atlet
yang telah mengharumkan nama Negara Indonesia.
c. PON
Menampilkan
PON I sampai dengan PON IX dan juga atlet perwasitan yang digunakan olehSoewan
Dito.
3- Lantai ke III terdiri dari
ruang pamer
a. Diarama
Ruang
pameran permainan tradisional dari beberapa propinsi dalam bentuk sebagai
berikut:
Lukisan dan
patung dengan ukuran sebenarnya seperti:
·
Loncat batu dari Pulau Nias.
·
Pasola dariNusaTenggaraTimur..
·
Karapan sapi dari Madura.
·
Dayung berdiri dari Irian Jaya.
Bentuk
Ruangan Museum Olahraga
·
Ruangan depan bawah berbentuk
persegi ruangan ini menampilkan sejarah-sejarah olahraga dan menampilkan
perjuangan bangsa Indonesia dalam mengikuti kegiatan olahraga Internasional.
· Ruangan atas menampilkan alat-alat
olahraga dan berupa mendali dan piala atlet yang telah mengharumkan nama
Indonesia.
Metode Kritik Normatif ( Tipikal dan
Terukur ) dan Metode Kritik Deskriptif
K R
I T I
K T I
P I K
A L
·
Studi tipe bangunan saat ini telah
menjadi pusat perhatian para sejarawan arsitektur. Hal ini dapat dipahami
karena desain akan menjadi lebih mudah dengan mendasarkannya pada type yang
telah standard, bukan pada innovative originals (keaslian inovasi).
·
Studi tipe bangunan lebih didasarkan
pada kualitas, utilitas dan ekonomi dalam lingkungan yang telah terstandarisasi
dan kesemuanya dapat terangkum dalam satu typologi
·
Metode Tipikal, yaitu suatu
pendekatan yang mempunyai uraian urutan secara tersusun. Contoh. Bangunan
sekolah, tipe yang ada ialah seperti ruang kelas, ruang guru,ruang kepala
sekolah, ruang kesenian, lab, perpustakaan, kantin, gudang, toilet.
K R
I T I
K T E R U K U R
Hakikat Metode
Tujuan dari bangunan biasanya
diuraikan dalam tiga ragam petunjuk sebagai beikut:
·
Tujuan
Teknis ( Technical Goals)
·
Tujuan
Fungsi ( Functional Goals)
·
Tujuan
Perilaku ( Behavioural Goals)
Tujuan Fungsi
Berkait
pada penampilan bangunan sebagai lingkungan aktifitas yang khusus maka ruang
harus dipenuhi melalui penyediaan suatu area yang dapat digunakan untuk aktifitas
Pertimbangan yang diperlukan :
Keberlangsungan fungsi dengan baik
·
Aktifitas
khusus yang perlu dipenuhi
·
Kondisi-kondisi
khusus yang harus diciptakan
·
Kemudahan-kemudahan
penggunaan,
·
Pencapaian
dan sebagainya.
K R
I T I
K D E S K R I P T I F
Hakikat Metode
·
Dibanding
metode kritik lain descriptive criticism tampak lebih nyata (factual)
·
Deskriptif
mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota
·
Lebih
bertujuan pada kenyataan bahwa jika kita tahu apa yang sesungguhnya suatu kejadian
dan proses kejadiannya maka kita dapat lebih memahami makna bangunan.
·
Lebih
dipahami sebagai sebuah landasan untuk memahami bangunan melalui berbagai unsur
bentuk yang ditampilkannya
·
Tidak
dipandang sebagai bentuk to judge atau to interprete. Tetapi sekadar metode
untuk melihat bangunan sebagaimana apa adanya dan apa yang terjadi di dalamnya.
Jenis Metode
·
Depictive
Criticism (Gambaran bangunan) :
–
Static (Secara Grafis)
–
Dynamic (Secara Verbal)
–
Process (Secara Prosedural)
·
Biographical
Criticism (Riwayat Hidup)
·
Contextual
Criticism ( Persitiwa)
Sumber : - Museum Olahraga TMII
- Dokumentasi Pribadi
Langganan:
Postingan (Atom)